Solo Travelling Pertama Kali ke Bali! Part 2
Aku memesan tiket bus Bandung Bali yang akan berangkat pada hari Rabu, 1 November 2023. Sebagai seorang libra yang menyukai keseimbangan, rasanya pas kalau mencoba suatu hal baru di bulan yang baru pula. Selain itu agar tidak macet juga ketika perjalanan, jadi aku pilih yang berangkatnya ditengah minggu.
Tiket bus Bandung Bali aku beli dengan harga 575.000 sudah termasuk asuransi. Aku menggunakan bus Pahala Kencana dan sudah termasuk makan 2 kali, pada malam dan pagi hari. Perjalanan juga akan memakan waktu sekitar 24 jam.
Aku sudah mempersiapkan barang-barang yang akan aku bawa. Satu backpack dan 1 daybag aku siapkan untuk perjalanan kali ini. Ya, aku tidak membawa koper hanya backpack yang cukup untuk semua barangku. Mulai dari baju, alat mandi, sampai tablet untuk bekerja semuanya masuk ke dalam backpack. Aku juga menyiapkan 1 daybag yang akan aku bawa-bawa ketika berpetualang nanti.
….
Rabu, 1 November 2023
Aku tiba di Kantor Pahala Kencana pukul 13.00. Sebetulnya bus akan berangkat pukul 14.00, tapi agar semuanya aman, aku memutuskan untuk tiba di lokasi 1 jam sebelum. Dulu aku juga sempat kesini, waktu itu mau berangkat ke Salatiga, bersama teman-teman. Kali ini rasanya campur aduk, aku akan memulai perjalananku sendiri .
Sekitar jam 13.45 semua penumpang sudah diminta untuk masuk ke bis, kemudan mulai diabsen. Tenang saja, tiket tidak perlu diprint, tapi pastikan baterai HP kalian selalu aman ya karena nanti ketika makan, kalian perlu memperlihatkan tiket bis. Aku juga tidak print tiket, jadi hanya memperlihatkan saja bukti booking kepada petugas.
Aku memilih seat 1A, seat paling depan. Menurutku ini merupakan tempat duduk paling enak, karena area kakinya yang luas dan pemandangannya yang bisa kedepan maupun ke samping. Bus Pahala Kencana ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap, mulai dari bantal, selimut, wifi bahkan colokan untuk charger yang lumayan banyak, jadi tidak perlu khawatir baterai gadget habis. Dan yang terpenting adalah tempat duduknya yang bersih, jadi perjalanan terasa nyaman.
Tepat pukul 14.00 bus berangkat. Betul saja, karena awal minggu, jalanan cukup lengang pada saat itu, jadicepat sampai di terminal Cicaheum. Disana, orang yang duduk disebelahku naik. Beliau merupakan seorang bapak-bapak yang cukup ramah. Ketika beliau naik, aku langsung memulai pembicaraan dengan menanyakan tujuan perjalanannya. Beliau juga banyak bertanya mengenai kesibukanku dan tujuanku kemana. Kita mengobrol cukup lama. Kalau kalian naik Pahala Kencana, kalian harus siap dengan bus yang akan diam lama sekali di terminal-terminal. Hmm, dulu padahal tidak selama ini sih, tapi entah kenapa kali ini dia berhenti lama sekali, sekitar 1 jam. Namun itu semua tidak terlalu terasa karena aku banyak mengobrol.
Bapak yang duduk disampingku memang sudah sering naik bus, dan beliau selalu naik bus ini dan selalu berhenti di Banyuwangi. Aku pun mengatakan bahwa ini merupakan kali pertamaku naik bus ke Bali, sendirian. Melihat itu beliau kaget, karena beliaupun punya anak yang lebih tua dariku namun tidak seberani itu. Rasanya seperti ada orang tua yang mendampingi perjalananku, karena sikapnya yang sangat mengayomi dan ramah.
Buspun kembali jalan, dan selama perjalanan, bapak ini memberitahuku banyak hal, seperti besok akan ada sunrise bagus di Probolinggo, kita sudah sampai dimana saja bahkan sampai jam-jam berhenti biasanya kapan saja dan dimana beliau beritahu. Akupun memperhatikan jalan dengan seksama, mengambil beberapa dokumentasi dan di beberapa saat aku tertidur. Ya perjalanan ini walaupun panjang tapi menyenangkan dan tidak terasa melelahkan.
Malamnya kita berhenti makan di Sumedang, sekitar jam 8 malam, di Rumah Makan Kabita. Biasanya bis akan berhenti makan di rumah makan ini. Aku sempat tertidur dan dibangunkan oleh bapak disebelahku “bangun dek, makan dulu yuk”. Akupun turun dan yang aku cari duluan adalah toilet, aku mencuci muka dan sedikit bebersih karena rasanya mukaku sudah sangat berminyak. Setelah itu aku langsung menuju kedalam dan bapak sudah menungguku di salah satu meja.
Aku menunjukkan tiket bis yang sudah dibeli, kemudian petugas scan barcode yang ada, kemudian aku diperbolehkan mengambil makan. Menu malam ini adalah nasi, telur pindang, sop dan soun, tentunya dilengkapi dengan teh tawar panas. Aku makan tidak lama, jadi setelah makan aku langsung keluar untuk mencari udara segar. Kebetulan ada beberapa bus juga yang berhenti di rumah makan itu, jadi didalam penuh sekali dan cukup berisik.
Setelah berhenti sekitar 1 jam, kami melanjutkan perjalanan. Malam itu aku melanjutkan perjalanan dengan tidur, karena sudah sekitar jam 9 juga. Namun tentunya tidur di bus tidak bisa senyenyak kalau dirumah, setiap dua jam aku terbangun. Saat itu bus juga sering sekali berhenti, entah kenapa, jadi setiap bus berhenti aku langsung terbangun.
Aku baru benar-benar bangun sekitar jam 5.30 ketika tiba di Probolinggo. Aku sangat ingat omongan bapak kemarin, bahwa sunrise akan terlihat sangat indah ketika di Probolinggo. Selama di perjalanan, aku berulang kali membuka peta, untuk melihat aku sudah sampai dimana. Benar saja, tepat didepan kita matahari mulai terbit dan warnanya indah sekali! Sayangnya aku tidak bisa mengambil banyak foto karena bus sedang jalan cukup kencang dan tentunya banyak sekali penumpang lain yang mau mengabadikan momen ini. Untungnya aku duduk didepan jadi tetap bisa mengambil video sedikit-sedikit.
Setelah melihat keindahan sunrise pagi itu, perjalanan terus berlanjut dan aku kembali melanjutkan tidur di beberapa kesempatan. Dan pukul 8 pagi waktu setempat, akhirnya kami berhenti di tempat makan kedua, di daerah Pasir Putih. Tentunya aku semakin semangat, karena ini merupakan pertanda bahwa sebentar lagi kita akan nyebrang dan akan segera tiba di tujuan.
Disini makannya tidak perlu memperlihatkan tiket, jadi kami langsung dipersilakan mengambil makan. Mungkin karena hanya bis kita juga yang berhenti saat itu. Menu makan pagi ini ada nasi, perkedel jagung dan rawon. Selain itu sediakan juga teh tawar panas dan semangka untuk buahnya. Sekitar 1 jam kita beristirahat, kemudian perjalanan kembali dilanjutkan.
…
Perjalanan bus kali ini cukup mundur waktunya, karena kemarin banyak berhenti dan sedang ada perbaikan jembatan di Banyuwangi, waktu sampai ke pelabuhan Ketapang juga jadi mundur jauh dari jadwal yang sudah diberikan. Seharusnya kita sudah sampai di Denpasar jam 13.00 WITA, namun sekarang jam 12.00 WITA kita baru sampai di Pelabuhan Ketapang, dan masih menunggu beberapa kendaraan didepan kita masuk.
Setelah kita masuk ke pelabuhan, bus mengantri sebentar kemudian perlahan masuk ke kapal Ferry. Saat menunggu, cukup banyak pedagang yang masuk ke dalam bus menawarkan makanan, minuman dan barang lainnya. Sebetulnya selama perjalanan, selama kita berhenti di terminal, banyak sekali pedagang yang masuk ke bus dan menawarkan dagangannya.
Setelah kita masuk ke kapal, semua penumpang turun dan mulai naik ke anjungan dan tempat duduk yang ada di kapal. Aku memilih untuk berdiri selama menyebrang, karena banyak sekali spot kosong di area pinggir kapal. Aku mengambil beberapa video untuk aku buat konten. Nanti kalau sudah diedit kalian jangan lupa nonton yaa!
Perjalanan menyebrang dari Ketapang ke Gilimanuk hanya memakan waktu sekitar 45 menit dan pastinya tidak terasa karena aku sangat menikmati prosesnya. Cuaca hari itu juga sangat cerah, terasa cukup panas karena kita menyebrang ditengah siang bolong namun beberapa kali juga angin laut menyibakkan rambut. Walaupun dingin, tapi bikin rambut jadi lepek nih!
Ferry yang aku naiki cukup nyaman, tempat duduknya banyak dan yang terpenting bersih. Ada cafetaria juga jadi kalau haus ataupun lapar bisa pesan makan disini. Ini pertama kalinya aku naik ferry, pengalaman pertama yang sungguh menyenangkan dan tidak terlupakan.
Dari jauh sudah terlihat beberapa patung yang menandakan Pulau Bali sudah dekat. Kitapun sampai di Pelabuhan Gilimanuk .Ketika kapal sudah parkir, kita semua naik kembali ke bus dan buspun keluar dari kapal. Aku sendiri akan turun di Gilimanuk, tentunya masih naik bus dulu sampai pintu keluar. Sekitar jam 14.00 WITA akhirnya kita sampai di Bali. Rasanya berbeda sekali ketika sudah sampai di Bali, mulai banyak ukiran dan pura, dan pastinya logat bicara yang langsung berbeda. Kemarin selama di bus yang aku dengar hanya bahasa sunda saja, sekarang ketika turun dari bus, yang aku dengar hanya bahasa bali. Akupun otomatis langsung berubah logat bicara, langsung pindah jadi logat bali.
Ini menjadi pengalaman yang sangat berkesan untukku. Selain ini merupakan pengalaman pertama perjalananku yang jauh, menyebrang laut sendirian, tentunya banyak hal baru dan orang baru yang aku temui juga selama perjalanan. Yang bikin berkesan juga yaitu selama perjalanan aku tidak mual dan tidak mabuk, padahal biasanya aku mabukkan, perjalanan ke Jakarta aja seringkali mual di jalan. Tapi ini berbeda aku tidak pusing, tidak mual sama sekali, bahkan sangat menikmati perjalanan.
Selanjutnya aku melanjutkan perjalananku ke kota Singaraja… Seperti apa ceritanya? Stay tuned di part 3 yaa!